Senin, 26 Desember 2011

Menyambut Kembalinya Sang Dewi Fajar Ke Daratan Bumi Tanadoang

Kesan keterbelakangan, dan potret kehidupan masyarakat miskin merupakan sebuah realita yang keberadaannya sangat sulit dipungkiri di tengah-tengah kehidupan rakyat Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel.
Meski perlahan tapi pasti, realita kehidupan masyarakat miskin Kabupaten Kepulauan Selayar yang hampir setiap saat mewarnai halaman-halaman surat kabar terbitan regional Sulsel, seakan kembali melahirkan kepekaan dan kesadaran di kalangan putra-putri Bumi Tanadoang di daerah perantauan, akan arti pentingnya peran serta putra daerah dalam pengambilan kebijakan program pembangunan.  
Hati dan jiwa mereka, seakan terpanggil untuk kembali membangun tanah leluhur tercinta. Hal yang sama, dirasakan puteri kelahiran Selayar, 28 April 1981 silam.
Naluri dan kepekaan sosialnya, dalam melihat realita kehidupan masyarakat miskin, serta keterbelakangan pembangunan yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian rakyat Kabupaten Kepulauan Selayar, serasa mulai mengusik ketenangan hati seorang Salmah Sumayya.
Hati dan jiwanya pun berontak, melihat realita kehidupan masyarakat miskin dan keterbelakangan rakyat Kabupaten Kepulauan Selayar yang hampir setiap saat mewarnai tayangan halaman-halaman surat kabar terbitan regional Sulsel.
Kondisi keterbelakangan inilah, yang mendorong dan menginspirasi sosok Salmah Sumayyah, untuk bangkit merintis usaha perdagangan souvenir, bercorak Kabupaten Kepulauan Selayar, di Kota Daeng Makassar.
Tidak tanggung-tanggung, “Salmah”, bahkan, telah menyatakan kebulatan tekadnya, untuk kembali membangun tanah leluhurnya yang telah sekian lama ditinggal merantau ke Makassar.
Sungguhpun dia menyadari, bahwa impian untuk merubah tatanan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Terlebih lagi, arah kebijakan pembangunan masih berada di bawah kendali pemegang kebijakan dan pemangku kekuasaan daerah.
Bagi Salmah Sumayya, maju di bursa pemilihan calon anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar, Periode 2015-2019, merupakan harga mati yang tak lagi dapat ditawar-tawar, demi untuk kepentingan rakyat.
Kendati untuk saat ini, Salmah, baru sementara meneropong partai yang siap mengusung dan mendukung rencananya untuk maju menjadi seorang calon anggota legislatif.
Sejumlah pihak, bahkan mendesak Salmah, untuk bersedia tampil menjadi Balon Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar mendampingi salah seorang putra daerah terbaik Kabupaten Kepulauan Selayar di Makassar, yang rencananya akan kembali maju di bursa Pilkada pemilihan Balon Bupati & Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar, periode 2015-2019.
Atas desakan ini, Salmah menyatakan pikir-pikir dalam menentukan sikap dan keputusan terbaik yang harus dilakukannya. Keputusan, sepenuhnya berada di tangan rakyat Kabupaten Kepulauan Selayar. 
Bila dalam perkembangannya, rakyat memang berkehendak agar sosok Salmah Sumayya,  maju menempati kursi orang nomor dua di Bumi Tanadoang. Maka sikap tersebut, akan menjadi keputusan bersifat final dan tak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak manapun juga, tandas mantan Reporter, merangkap bagian marketing dan sirkulasi Tabloid Amanah ini.
Kabupaten Kepulauan Selayar dikenal memiliki kekayaan potensi holtikultura yang berpeluang untuk ditumbuh kembangkan sebagai salah satu daya tarik tersendiri, bagi para investor bidang perkebunan dan pertanian.
Sehingga dengan demikian, masyarakat tidak lagi  akan perlu menunggu kehadiran seorang investor, hanya untuk persoalan pemasaran hasil pertanian milik petani lokal, cetusnya.
Melalui kehadiran investor, program percepatan pembangunan, sudah pasti akan dapat berjalan mulus. Bersamaan dengan terwujudnya, kehidupan masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar yang lebih baik,  maju dan sejahtera, kunci Salmah Sumayyah. (fadly syarif)  

Kodim 1415 Kepulauan Selayar Gelar Operasi Rutin Antar Pulau

Komando Distrik Militer 1415 Kabupaten Kepulauan Selayar,  Sulawesi-Selatan kembali memberikan perhatian khususnya pada peningkatan keamanan teritorial perairan laut Selayar dan sekitarnya.
Hal tersebut, dituangkan personil kodim 1415 Kepulauan Selayar melalui kegiatan kunjungan kerja yang dirangkaikan dengan patroli rutin mengelilingi wilayah kepulauan.
Dandim 1415 Kepulauan Selayar, Letkol Inf. Nefra Firdaus mengungkapkan, “kegiatan patroli rutin ini, rencananya akan diawali dari kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Kecamatan Takabonerate,  Pasimarannu, Pasilambena dan sekitar, dengan menerjunkan lima orang personil.
Kelima personil tersebut masing-masing, Pasi Intel, Kapt. Syarifuddin, Serka Haris, Serka Rahman, Serma Azis, dan Serma Syukur. Kendati demikian, tidak ada penyebutan secara detail, terkait target operasi yang dipimpin langsung oleh Dandim 1415 Kepulauan Selayar tersebut.
Rombongan bertolak meninggalkan ibukota kabupaten, Benteng Selayar, pada hari Senin, (26/12) subuh, dan rencananya baru akan kembali pada hari, Rabu, (28/12) mendatang, jelas Nefra yang dimintai konfirmasi oleh wartawan via telefon selularnya.(fadly syarif)

Sabtu, 24 Desember 2011

Selayar Miliki Potensi Wisata Bahari Berkelas Dunia

Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan merupakan  daerah yang terletak di penghujung paling selatan jazirah Provinsi Sulawesi Selatan yang dikenal dengan keanekaragaman potensi wisata bahari berkelas dunia.
Daerah ini, memiliki wilayah daratan seluas 1.188, 28 km2 (5,23%) dengan laut seluas kurang lebih 21.138,41 km2 (94,68%) dan terdiri dari 126 pulau-pulau besar mau pun kecil. 
Kabupaten Kepulauan Selayar, terletak di ujung selatan Provinsi Sulawesi Selatan dan  dikelilingi oleh Laut Flores di sebelah timur dan selatan, Selat Makassar dan Laut Flores di sebelah Barat serta Teluk Bone di sebelah Utara.
Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki keanekaragaman potensi obyek wisata dan atraksi budaya yang meliputi obyek wisata bahari dan daratan.
Selain  kaya akan potensi obyek wisata, terdapat pula sedikitnya dua desa wisata unggulan yang siap menunjang perwujudan Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai Daerah Tujuan Wisata di Belahan Timur Indonesia.
Kedua desa dimaksud, masing-masing : Desa Wisata Jinato yang terletak di Kecamatan Takabonerate, Desa Laiyolo Baru dan Desa Wisata Jammeng di Kecamatan Bonto Sikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan.(fadly syarif)

Pemkab Kepulauan Selayar Targetkan Peningkatan Kunjungan Wisatawan

Mewakili segenap jajaran pemerintah kabupaten dan masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar, Drs. H. Syahrir Wahab, MM menyampaikan ucapan terima kasih disertai penghargaan yang setulus-tulusnya, kepada Gubernur Sulsel, DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH.
Atas segala dukungan kebijakan dan pembiayaan yang telah digelontorkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi-Selatan dalam rangka menyukseskan keberlangsungan event Takabonerate Island Expedition III.
Ucapan yang sama disampaikan kepada semua pihak terkait, terutama panitia, dan masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar, atas segala bentuk kerjasama dan peran sertanya di dalam menyukseskan terselenggaranya event Takabonerate Island Expedition III.
Sehingga, event Takabonerate Island Expedition III dapat berjalan lancar, dan optimal sesuai yang direncanakan. Meski, masih cukup banyak kekurangan yang perlu mendapatkan pembenahan.
Terkait hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar sangat mengharapkan, masukan dan kritik saran yang bersifat konstruktif, untuk lebih sempurnanya, penyelenggaraan event Takabonerate Island Expedition III pada tahun-tahun mendatang.
Syahrir berharap, event Takabonerate Island Expedition III dapat memberikan nuansa baru terhadap pengembangan wisata bahari Kabupaten Kepulauan Selayar.
Terutama, dalam rangka meningkatkan secara signifikan kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik ke Sulawesi-Selatan dan Kabupaten Kepulauan Selayar, pada khususnya. (fadly syarif)


Atraksi Budaya & Lomba Mancing Meriahkan Takabonerate Island Expedition III

Kegiatan  pembukaan event Takabonerate Island Expedition III tahun ini, sengaja dipusatkan di Pulau Jinato. Karena sebelumnya, pembukaan event Takabonerate Island Expedition II tahun lalu, telah dipusatkan di pulau Rajuni, Desa Rajuni, Kecamatan Takabonerate.
Adapun kegiatan pokok dalam penyelenggaraan Takabonerate Island Expedition III diantaranya adalah : lomba mancing yang diikuti oleh sedikitnya, 51 tim terdiri dari : tim pemancing  profesional, sebanyak 38 tim.
Dimana tim ini sendiri, berasal dari  Jakarta, Provinsi Bali, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Australia. Berikutnya, tim pemancing tradisional, sebanyak 15 tim yang berasal dari Kabupaten Takalar, Bantaeng, Jeneponto, Sinjai, dan Kabupaten Kepulauan Selayar.
Selain lomba mancing, event Takabonerate Island Expedition III tahun ini juga turut dimeriahkan dengan penyelenggaraan diving yang diikuti oleh sedikitnya 107 peserta dari Jakarta, Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Sulawesi-Selatan.
Ungkapan ini dilontarkan Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar, Drs. H. Syahrir Wahab, MM dihadapan Gubernur Sulsel dan segenap duta negara asing yang sempat menghadiri upacara pembukaan even Takabonerate Island Expedition III di Pulau Jinato beberapa waktu lalu.
Dikatakannya, lomba foto graphy bawah laut yang diikuti oleh 4 orang peserta dari kota Daeng Makassar, turut melengkapi agenda kegiatan tambahan event Takabonerate Island Expedition III.
Event wisata tahun ini,  juga dimeriahkan dengan parade jollor hias yang diikuti oleh sedikitnya 200 buah jollor. Disusul, dengan penampilan atraksi kebudayaan lokal, A’manca, Pangaru, tarian tradisional Kabupaten Kepulauan Selayar, dan Lomba Dayung yang diikuti oleh 30 orang peserta.
Setelah sebelumnya, panitia kabupaten juga telah melakukan kegiatan penghijauan lingkungan melalui penanaman pohon cemara pantai, mahoni, dan pohon sukun, pada tujuh daerah pulau, di dalam kawasan Takabonerate.
Dalam kesempatan yang sama, panitia bahkan sempat menyerahkan bantuan peralatan kepada sejumlah warga masyarakat petani dan nelayan pesisir yang mendiami pulau-pulau di sekitar kawasan Takabonerate, jelas Syahrir.(fadly syarif)


Kabupaten Kepulauan Selayar Kawasan Andalan Ekonomi Regional Sulsel

Usaha pengendalian kegiatan illegal yang selama ini merusak lingkungan dengan melibatkan masyarakat, diakui Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar, Drs. H. Syahrir Wahab, MM, sampai saat sekarang ini belum dapat mencapai hasil optimal.
Pasalnya, kelompok pelestari masih harus memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan yang tidak terkait langsung dengan sumber daya yang diawasi, kemungkinan terjadi kekosongan pengawasan.
Dalam kaitan itu, untuk mengoptimalkan pengendalian dan pengawasan pengrusakan, perlu dikembangkan pola usaha budidaya ikan karang pada area sekitar daerah-daerah perlindungan, sehingga peran aktif pengawalan  masyarakat diharapkan dapat lebih bersungguh-sungguh.
Pengembangan budidaya ikan karang sangat sejalan dengan potensi karakteristik Kabupaten Kepulauan Selayar, yang potensial menjadi pusat budidaya ikan karang nasional dengan cakupan pengembangan kabupaten  kota, tetangga pesisir selatan Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Hal ini diakui Syahrir, sangat sesuai dengan rekomendasi Kajian Percepatan Pembangunan Kabupaten Kepulauan Selayar oleh Menko Perekonomian dan BPPT.
Mencermati kekuatan potensi pengembangan ikan karang di Kabupaten Kepulauan Selayar, pemerintah kabupaten menaruh harapan besar untuk menjadi andalan ekonomi regional Sulawesi Selatan dan Nasional.
Harapan ini, sengaja disampaikan Syahrir di hadapan Gubernur Sulsel dan rombongan dengan seuntai harap, “kiranya, semua pihak terkait dapat secara bersama-sama memberi peran dalam merealisasikan sesegera mungkin peluang-peluang dimaksud.
Pasalnya, peluang ini dikhawatirkan akan ditangkap dan didahului oleh daerah di provinsi tetangga sebagaimana halnya bisnis jangung yang merek dagangnya oleh Gorontalo sementara produksi terbesar di Sulsel.
Terlebih lagi, kekuatan potensi perikanan dan pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar telah teruji dengan berkembang dan bertahannya usaha Resort yang ada meskipun masih dengan tarif  yang relatif mahal.
Hal ini kata Syahrir, dikhawatirkan bakal menjadi kendala dalam  upaya menggenjot kunjungan wisatawan. Bahkan, pada kelas ekonomi menengah ke bawah, tarifnya tidak terjangkau. Terlebih lagi, untuk melakukan kunjungan dengan angkutan carteran.
Terkait hal tersebut, masih dibutuhkan pengembangan infrastruktur menuju Kabupaten Kepulauan Selayar dan sebaliknya, serta sistem transportasi internal kawasan yang layak menurut standar keamanan dengan tarif yang wajar.(fadly syarif)

Pemprov Sulsel Alokasikan Rp. 820 M Untuk Pembangunan Jalan Trans Sulawesi

Pemerintah mengalokasikan dana Rp. 820 miliar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 untuk pembangunan, perbaikan, dan pembenahan infrastruktur jalan di Sulsel. 
Salah satu prioritas pembiayaan, yakni penyelesaian jalan poros Maros-Parepare. Kepala Balai Besar Jalan Nasional Wilayah IV Makassar Nurdin Samaila mengungkapkan, nilai anggaran tersebut mengalami peningkatan sekitar 12% dibanding dana 2010 yang hanya Rp700 miliar.
Selain itu, Sulsel masih kebagian anggaran bantuan dari Pemerintah Australia melalui program Enrip sebesar Rp300 miliar untuk penyelesaian proyek pelebaran jalan dari Kabupaten Jeneponto hingga Kabupaten Sinjai sepanjang 60 kilometer (km).
“Tahun ini penyelesaian jalan trans-Sulawesi dan pembenahan jalan negara yang baru diserahkan menjadi prioritas. Total anggaran yang dikucurkan untuk Sulsel mencapai Rp. 820 miliar dan tercatat yang tertinggi di KTI,” ungkap dia kepada wartawan belum lama ini.
Dari total anggaran jalan tersebut, sekitar Rp150 miliar dialokasikan untuk penyelesaian jalur trans-Sulawesi mulai Kabupaten Maros hingga Parepare yang direncanakan bisa selesai akhir tahun ini.Proyek ini tersisa sekitar 21 km berupa jalan beton.
Khusus  jalur trans-Sulawesi, tepatnya jalan poros Kabupaten Pangkep Km 52-67 yang sebelumnya dikerjakan PT Nugraha, akan kembali ditenderkan pengerjaannya.
Pasalnya, Balai Besar Jalan Nasional telah memutus kontrak kerja PT Nugraha karena ketidakmampuan menyelesaikan proyek tepat waktu.  “Pengerjaan jalan di Bira, Kabupaten Bulukumba, sepanjang 40 km dan di Kepulauan Selayar  100 km yang sudah masuk jalan nasional,  juga akan dimulai tahun ini.  Termasuk di dalamnya  jalan antara Makale dan Mamasa,” papar Ketua IPJI Sulsel itu.
Ketua Gabungan Pengusaha Jasa Konstruksi Indonesia (Gapeksindo) Makassar Andi Nasrun Tahir mengharapkan, “ke depan proyek-proyek dengan nilai nominal kecil pengumuman lelang tidak lagi melalui internet agar dapat diakses lebih mudah oleh pelaku jasa konstruksi lokal”. 
Diakuinya, selama ini sumber daya penyedia jasa konstruksi lokal, terutama sarana IT,perkantoran masih banyak yang tidak memiliki. Pada umumnya hampir 60% penyedia jasa konstruksi di Sulsel masuk kategori kecil dan kurang dari 10% masuk kategori besar.
“Jika akses informasi tender tidak merata diterima penyedia jasa konstruksi,akan banyak perusahaan yang tidak mendapatkan proyek setiap tahun.Apalagi saat ini masuknya perusahaan jasa konstruksi, seperti dari Jawa,tidak bisa ditahan lagi,”pungkasnya.
Alokasi APBD Minim 
Alokasi anggaran infrastruktur yang setiap tahun dianggarkan Pemprov Sulsel di APBD sangat minim. Padahal, kebutuhan perbaikan infrastruktur, baik jalan, jembatan, maupun irigasi sangat besar mencapai Rp100 miliar per tahun.
Anggota Komisi D DPRD Sulsel Affandi Agusman mengatakan, dari tahun ke tahun memang terjadi peningkatan anggaran infrastruktur, hanya jika melihat kebutuhan itu belum mencukupi.
Meski demikian, kenyataannya setiap tahun ada pula suntikan dana dari APBN yang diperoleh melalui Balai Besar Jalan Nasional IV selama ini. 
“Tahun ini saja untuk pemeliharaan jalan dan jembatan hanya dianggarkan Rp35,7 miliar dari APBD, sementara dibandingkan kondisi jalan yang harus dipelihara cukup panjang 1.000 km,”katanya.
Kepala Dinas Bina Marga Abd Latief mengaku,memang anggaran perbaikan jalan dan jembatan di Sulsel masih belum mencukupi.Tahun ini saja total yang mampu dianggarkan hanya Rp130,34 miliar.
Abd Latief menguraikan, peruntukan dana tersebut dipakai memperbaiki dan membangun sejumlah jalan dan jembatan yang tersebar di 24 kabupaten/kota di Sulsel. Dana itu belum termasuk dana APBN yang diterima Sulsel pada tahun ini Rp940 miliar. 
Rinciannya, urai mantan Asisten I Pemkot Makassar,untuk pembangunan jalan sepanjang 56,4 km dan jembatan sepanjang 293,3 km dianggarkan Rp78,056 miliar.
Pemeliharaan jalan dan jembatan provinsi dianggarkan Rp35,722 miliar di APBD untuk pemeliharaan jalan berkala sepanjang 23,50 km dan 1035,99 km untuk pemeliharaan rutin, serta 8 km diperuntukkan pembebasan lahan dengan anggaran Rp16,6 miliar melalui DAK dan pendamping. (fadly)